Senin, 25 Januari 2010

Shut up and read it.

Hello, My name Severn Suzuki, speaking for ECO - Environmental Children's Organization We are a group of Canada which consisted of children aged 12 and 13 years, who tried to make a difference: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq and myself.

We raise funds to be able to come here as far as 6000 miles to tell you all the adults that you must change your ways, today here, too. I do not have a hidden agenda. I want a future for myself only.

Loss of the future is not the same as losing the general election or losses in the stock market. I was here to speak for all generations to come.

I was here representing the children wrote hunger around the world
who cries no longer heard.

I was here to speak for the animals dying without number throughout the planet due to loss of habitat. We can not not listen.

I was afraid to be under the sun because
berlubangnya ozone layer. I was afraid to breathe because I did not know there was so-chemicals carried by air.

I often fishing in Vancouver with my dad until a few years ago we found that the fish full of cancers. And now we hear that animals and plants extinct one by one each day - gone forever.

In my life, I have a dream to see a large collection of wild animals, jungles and tropical forests full of birds and butterflies. But now I do not know whether these things were even there to see my son later.

Are you all having to worry about small problems when you are all still the same age I am now serperti?

All this happened in front of us and although we still
act like we still have a lot of time and all the solutions. I was just a kid and I do not have all the solutions. But I want you all to realize that you are all also the same as me!

You do not know how to fix a hole in our ozone layer. You do not know how how to restore the salmon fish into the river of origin. You do not know how to restore the animals that have become extinct.

And you can not restore the forests as new in its place, which is now just a desert. If you do not know how to fix them. PLEASE STOP ruin it!

Here you are delegates your country. Entrepreneurs, association members, journalists or politicians - but really you are the father and mother, brothers and sisters, uncles and aunts - and you all are children of a person.

I was just a kid, but I know that we are all part of a large family, consisting of more than 5 billion, consisting of 30 million families and we all share the air, water and soil on the same planet - borders and governments will not be change it.

I was just a kid but once I know that we
all face the same problems and we should unite for the same purpose.

Although angry, but I'm not blind, and even fear, I did not hesitate to tell the world what I feel.

In my country, we are very much to waste. We
buy something and then thrown away, to buy and then discard.

Although it remains only countries in the North will not be shared with those in need. Even when we have more than enough, we are afraid to lose some of our wealth, we are afraid to share.

In Canada we have a comfortable life, with clothing, food and shelter are inadequate - we have watches, bicycles, computers and television sets.

Two days ago here in Brazil, we were surprised when we
spending time with children who live on the streets. And one child told us: "I wish I was rich, and if I'm rich, I will give street children food, clothing and medicine, shelter, love and affection".

If a child who was on the streets and do not have any,
willing to share, why do we who have everything still
so greedy?

I can not stop thinking that these kids the same age with me, that place of birth you can make a difference so great, that I might be one of the children who live in Favellas in Rio; I might be a child famine in Somalia; a middle eastern war victims or a beggar in India.

I was just a kid, but I knew that if all the money spent on the war used to reduce poverty and find answers to the problems of nature, how would the world be beautiful.

At school, even in kindergarten, you teach us to do good. You taught us to not fight with others, to find a way out, clean up the mess that we caused; to not harm other living beings, to share and not greedy.

Then why did you then do things that you taught us to not to do it?

Do not forget why you are attending this conference, why did you do this - we are your children all. Sekalianlah you decide, what kind of world would we live.

His parents should be able to give comfort to their children by saying: "Everything will be fine, 'we're doing the best we can do and this is not the end of everything."

But I do not feel that you can say it
to us again. Are we even on the list of all your priorities? My dad always said, "You will always be remembered for his deeds, not by your words".

So, what you do makes me cry at night. You adults say that you love us. I challenge YOU, try to realize those words.

Thank you for your attention.

Sabtu, 16 Januari 2010

Perjodohan pemupus cinta

Cinta dan Cita-Cita


Malam semakin larut, bulanpun enggan menunjukkan sinarnya yang cantik. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.59 WIB, satu menit lagi tengah malam. Seorang gadis duduk mendekap lututnya, mata itu terlihat sangat sayu. Rambutnya dibiarkan terurai, kadang terhempas oleh angin malam yang membelai. Gadis itu, termenung memikirkan kejadian yang beberapa hari ini menjadi bebannya. Masih sangat jelas ucapan orang tuanya, apalagi ayahnya, yang selalu berkata dengan nada tinggi. Ibunya, bah! Tidak prenah membelanya, malah mendukung ayahnya yang kolot itu.
“Perempuan itu, tak perlu sekolah tinggi-tinggi, menikah saja dengan Roni, anak juragan jagung itu, bukannya yah pelit, melarangmu melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi buat apa? Toh perempuan itu tetap saja didapur dan mengurus anak”Ucapan Sang ayah jelas masih medengung di gendang telinganya.
“Sudahlah, Wi! Kamu nurut saja sama ayahmu, kalian sudah dijodohkan “Sang ibu malah mendukung ayah. Dijodohkan? Tak pernah terlintas sama sekali dikeplanya untuk menikah Dini. Memang Roni laki-laki yang baik, berpendidikan, tapi dia belum bisa mandiri. Roni juga masih kuliah semester 8, sebentar lagi wisuda dengan gelar SPdi. Roni belum punya pekerjaan sendiri kalaupun meneruskan usaha ayahnya, sangat tidak cocok sekali dengan gelar yang akan disandang di belakang namanya.
“Tapi…… Dewi pingin kuliah, ayah!” Gadis itu bernama Dewi. Dia mencoba mempertahankan keinginannya.
“Tidak! Setelah kamu lulus SMA, dan Roni sudah diwisuda, kalian langsung dinikahkan!” Jawaban ayahnya membuat Dewi bungkam dan meneteskan air mata.
Tepat jam 00.00 WIB, Dewi menutup jendela kamarnya. Berjalan menuju tempat tidur, membaringkan tubuhnya dengan malas ke kasur, ditariknya selimut tebal berwarna biru muda. Tangannya membenarkan posisi batal di kepalanya. Mencoba memejamkan mata, matanya memang terpejam, tapi Dewi belum tidur. Dewi masih membayangkan kejadian beberapa hari belakangan ini. Roni? Kenal dengannya saja tidak, hanya dua kali sebulan bertemu saat dia ada di rumah. Bicara saja jarang sekali, apalagi menikah, sama sekali sulit di bayangkan. Universitas Negeri, masih itu yang ada dibenak Dewi. Masuk Universitas dengan jalur Tes Mandiri. Pasti sangat membanggakan, apalagi bila masuk Fakultas Sastra seperti harapannya. Tapi sayang, perjodohan itu memupuskan harapannya. Pernikahan harus menjadi dinding penghalang cita-citanya. Tanpa terasa, matanya benar-benar terpejam dalam tidur.
Pagi itu, udara sangat sejuk. Embun masih membasahi pohon-pohon di sekitar rumahnya, sambil menikmati udara pagi. Hari itu, hari Minggu, jadi Dewi tidak pergi ke sekolah. Rambut Dewi dibiarkan terurai, rambutnya yang lurus dan hitam menunjukkan keelokan wajahnya. Tanpa alas kaki, Dewi memijakkan kakinya di tanah, sambil menggerak-gerakkan tangannya menikmati udara pagi.
“Dewi!” Suara seorang pria mengagetkannya.
“Mas Roni!” Ucap Dewi spontan karena kaget.
Roni hanya tersenyum. Kebetulan hari itu Roni a da di rumah. Mungkin, kuliahnya libur.
“Dirumah, mas!” tanya Dewi basa-basi.
“Iya, kuliah libur” Jawab Roni. Ibu yang melihat Roni di halaman, segera mengajaknya masuk.
“Nak Roni! Ayo masuk!” Ibu Dewi melambaikan tangannya dari teras rumah.
“Terimakasih Bu’, Kebetulan lewat sini dan ketemu DEwi, jadi ngobrol sebentar” Roni menolak halus.
“Ngobrolnya di dalam saja!” Pinta ibu.
“Oh……. terima kasih! Saya lengsung pamit saja Bu’, ditunggu ayah di rumah, mari Bu’, Dewi” Roni undur diri. Beberapa langkah Roni meninggalkan Dewi, Dewi memanggilnya.
“Mas, Roni!” Panggil Dewi sedikit mengejar.
“Iya …….” Balas Roni sambil menoleh. Dewi terdiam sesaat. Roni mengerutkan dahi dan bertanya.
“Ada apa Dewi?” Tanya Roni kalem
”Anu.... mas, aku pingincerita sama mas Roni.” Ucap Dewi sedikit lembut.
“Boleh, ceritanya dirumah atau......”Roni menawarkan tempat untuk bercerita.
“Di empang saja, mas!” jawab Dewi.
“Empang?” Roni terkejut
“Ga, mau?” tanya Dewi, Roni menggelengkan kepala sambil tersenyum. Semakin kelihatan saja lesung pipit Roni, membuatnya terlihat manis.
Roni dan Dewi berjalan menuju empang yang tidak jauh dari mereka. Dewi duduk di tanah yang berumput dan masih basah oleh embun. Roni hanya berdiri atau mungkin karena jijik duduk di tanah.
“Mau cerita apa, wi!” tanya Roni mengawali.
“Ga, duduk mas?” tawar Dewi. Dengan terpaksa Roni duduk di samping Dewi.
“Kalau lulus SMA nanti, aku pingin kuliah, mas!” Dewi memulai ceritanya.
”Bagus, itu kenapa harus tanya pendapatku, Dewi?” Respon Roni.
”Itu yang aku takutkan, mas! Ayah melarangku kuliah, ayah bilang perempuan ga’ perlu sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya juga ngurusin anak sama dapur!” Keluh Dewi.
”Emang mo ambil fak apa?” tanya Roni.
”Sastra” jawab Dewi tegas.
”ha...ha....ha” Roni tertawa.
”kok ketawa sih mas?” Tanya Dewi, dengan sedikit memonyongkan bibirnya.
”Tok sastra sih, MIPA atau Informatika kek” Saran Roni.
”Tapi, aku pingin sastra mas!” Dewi menegaskan.
”Iya, ga’ pa-pa, sastra ga’ jelek-jelek amat kok, Cuma, orang sastra biasanya agak aneh” jelas Roni. Dewi tersenyum tipis.
”Mas bisa aja.....” jawab Dewi kemudian.
”Emang mau jadi apa?” Tanya Roni.
”.....Aq pingin jadi pemain teater, ma” Jawab Dewi.
”Hua....ha....ha...” Roni ngakak.
”kok ketawa mas?” lucu ya?’ tanya Dewi dengan gemas.
“ Ya….mas sih
dukung aja ga’ apa-apa kok” jawab Roni.
Hari sudah siang. Matahari mulai menembus kabut yang menyelimuti pagi, tanpa terasa Dewi dan Roni telah menghabiskan banyak waktu di empang. Bercerita ini itu, masalah Dewi dan skripsi Roni yang belum juga selesai.
“Abis lulus, mas mau ngapain?” Tanya Dewi.
“Mo nikah!” jawab Roni dengan yakin.
“Nikah?” PD banget, emang udah mapan? Udah siap?” ledek Dewi.
”Ya....abis mo gimana lagi, mas kan nurut apa kata ayah....sebagai anak yang baik, mas mau aja dijodohin, Cuma ini yang bisa buat ayah seneng, toh pasti ayah udah milih yang terbaik buat mas.” Jawab Roi panjang lebar. Dewi hanya terdiam. Dewi tidak berani mengungkapkan isi hatinya. Dewi takut menyakiti hati Roni yang sangat taat pada ayahnya.
”Mas Roni aja nurut sama ayahnya, masa aku ga’ sih” pikir Dewi dalam hati, tapi ceritanya lain, sebentar lagi Roni lulus S1, sedangkan Dewi lulus SMA. Masih harus mengorbankan masa-masa remajanya dengan menikah, padaha di masa-masa itu banyak hal yang ingin dilakukan oleh Dewi.
”Kamu nglamun Wi?” Tanya Roni.
”Eh...ga’ kok, mas ! Dewi pulang dulu ya, sudah siang!” dewi pamit pulang.
“Aku tau Wi!” kamu mungkin sulit menerima kenyataan ini, orang tua kita emang kolot, tapi bisa apa kita?” Ucap Roni lirih setelah Dewi pergi. Roni tau betul bahwa perjodohan ini tetap berlangsung dan sangat membuat Dewi terpukul, merasa sangat dipojokkan, menghalangi cita-citanya. Tapi, bisa apa Roni. Apa yang bisa dilakukannya, dia anak yang penurut, taat, dan hormat pada ayahnya yang sama arogannya dengan ayah Dewi. Percuma membela diri, akhirnya hanya buang-buang energi.
Malam itu udara dingin, Dewi duduk di teras rumah, merenungi nasibnya, nasib cita-citanya.
Tak ada yang bisa mengerti dia, bahkan Dewi sudah bercerita pada Roni, dengan harapan Roni mengerti isi hatinya. Siapa bilang Roni tidak mengerti? Roni sangat mengerti kerisauan Dewi, tapi apa yang bisa dilakukan Roni, ayah mereka sangat berambisi menikahkan mereka. Entah, pemikiran darimana, tiba-tiba saja Dewi punya ide gila, bahkan sangat gila. Ide untuk menggagalkan perjodohan itu.
Dewi sangat gelisah malam itu, sulit sekali memejamkan mata, menanti esok menjelang. Ingin segera Dewi menemui Roni dan menyampaikan ide gilanya itu pada Roni. Dewi sangat berharap Roni menyetujuinya. Dewi mencoba memejamkan matanya rapat-rapat agar dia bisa tidur, karena malam sudah semakin larut, saatnya beristirahat.
”Gila kamu Wi!’ Respon Roni saat mendengar ide Dewi yang sungguh memang gila”
”Tapi, ma! Cuma ini satu-satunya cara supaya kita batal nikah” bantah Dewi dengan semangat membara. Roni terdiam.
”Mas! Aku ga’siap seadainya harus nikah sekarang” Tambah Dewi.
”Bukan sekarang, wi! Tapi setelah kamu lulus SMA, dan setelah aku diwisuda SI” Jelas Roni.
”Tapi, aku belum pingin nikah setelah aku lulus, mas!” bantah Dewi sekali lagi.” Aku ingin kuliah, mas!”
”Aku thau, aku sangat menghargai cita-cita dan harapan mu, dan sifat ayah kita yang konservatif itu pasti sulit sekali kamu terima, tapi....” Roni tidak melanjutkan ucapannya.
”Tapi .....apa, mas! Tapi aku harus kubur dalam cita-cita dan harapan aku itu.....iya, mas! Gitu? Itu yang mas mau, mas ga’ pingin liat aku berhasil?” Tuntut Dewi. Roni hanya merunduk. Roni sangat kasihan melihat Dewi, tak kuat rasanya melihat harapan Dewi pupus hanya gara-gara perjodohan ini.
“mungkin, mas coba bicara dulu sama ayah” ucapan Roni sangat pesimis. Membuat Dewi makin gemas.
”mas! Dengerin aku! Berkali-kali aku udah coba bilang ke ayah, tapi apa jawaban ayah! Perempuan ga’ perlu sekolah tinggi-tinggi” Jelas Dewi, saking sebalnya dengan sikap Roni yang lembek, sampai-sampai mulutnya monyong lima centimeter. Roni tersenyum tipis melihat tingkah Dewi.
”Trus gimana mau kamu?” Tanya Roni mengalah.
”Ya....rencanaku tadi itu, mas!” Dewi tetap pada ide gilanya itu.
”Tapi, wanita mana yang mau jadi pacarku Wi?” pura-pura hamil lagi, itu kan sangat memalukan, mencemarkan keluarga Wi!” sanggah Roni.
”Cuma itu, mas! Yang bikin ayahku ilfeel, trus ngebatalin perjodohan kita deh....ok kan!” Jelas Dewi sambil menunjukkan jempolnya.
”Terseran kamu aja, deh!” tapi kamu yang cari cewe’nya dan yang lebih cantik dari kamu, harus!” Tuntut Roni sebagai syarat.
”Ok, deh mas!” jawab Dewi sambil tersenyum lebar.
Pikiran Dewi sedikit cerah, otaknya segar kembali, semangat hidup juga sudah ada. Kini saatnya melanjutkan perjuangan buat meyakinkan ayah supaya mengizinkannya kuliah. Ini akan menjadi cerita hidup yang sangat mengesankan. Diam-diam Dewi menulis liku-liku ini dalam sebuah novel. Dan....Roni. dia akan jadi salah satu tokoh dalam novel itu.
”Mas, Roni!” sapa Dewi pagi itu, saat Roni menyiram kembang,
”Eh, Dewi! Ada apa wi! Pagi-pagi udah kesini?” Tanya Roni, sambil merapikan kerah bajunya.
”Em, gini mas, soal rencana yang kemaren itu,” belum selesai Dewi ngomong, Roni sudah motong duluan.
”Batal? Bagus deh!’ sela Roni
“Bukan, mas! Cewe’nya aku belum dapet. Mas ga’ punya kenalan di kampus ya...? Mungkin sahabat cewe’ atau ibu kantin kek…..” jelas Dewi sambil bercanda.
”Enak aja, masa’ ibu kantin aku hamili sih? Ngaco’ kamu? Ealah...wi.wi! aku kira kamu pingin ngebatalin rencana konyol!” Keluh Roni.
”Ga, ada kata menyerah buat Dewi, mas! Jadi gimana mas?’ Tanya Dewi mencari kepastian.
”Temen cewe’ banyak kok, tenang aja. Yang pemalu sampe’ yang ga’ tau malu juga aku kenal. Dua minggu lagi aku balik kesini bawa dia, dan akan aku kenalin ke ayah sebagai pacar aku dan mengaku mengandung anak aku sepertiyang kamu inginkan, Dewi! Roni menjelaskan.
Ternyata Roni mendukung rencana Dewi, walaupun dia sedikit ragu menjalankan rencana itu karena diam-diam Roni menyukai Dewi. Semangat Dewi untuk mengejar cita-cita dan harapannya membuat Roni simpati. Roni akan mengorbankan apapun untuk membantu Dewi meraih cita-citanya.
”Wah! Makasih banget ya, mas!” jasa mas ga’ bakal Dewi lupa......, Da.....mas! Dewi pergi meninggalkan Roni.
”Semoga berhasil, wi!” ucap Roni lirih. Roni pun melanjutkan pekerjaannya.
Sore itu, Dewi dan ayah Roni mengantarkan Roni ke stasiun, Roni harus kembali ke Surabaya, untuk menyelesiakan skripsinya.
”Hati-hati, yo....le!” pesen ayah Roni sambil memeluk anak laki-laki kebanggaannya.
”Mas, pergi ya, wi!” pamit Roni pada Dewi.
“Aku tunggu dua minggu lagi ya, mas!” Dewi mengingatkan rencana itu sambil tersenyum.
“.....Roni diam dan balas tersenyum. Kereta berangkat, tangan Roni melambai pada Dewi. Dewi melambaikan tangannya. Tanpa sadar Dewi terisak.,
”Hati.....hati......mas Roni!” cepet pulang ya!” teriakan Dewi samar-samar didengar oleh Roni. Roni pun tersenyum, lesung pipinya membuatnya tambah manis.
”Ayo, nduk!” ayah Roni mengajak Dewi pulang. Dewi menurut. Apakah Dewi tega membohongi seorang ayah yang sangat tulus menyayanginya, sebagai calon menantu. Calon menantu? Risih rasanya menyebut Dewi seperti itu, karena belum diinginkan Dewi untuk saat ini. Sepanjang perjalanan pulang, Dewi terus memikirkan rencana bodohnya itu. Sikapnya membuat ayah Roni bingung.
”Ada apa, nduk? Kok nglamun?” tanya sang ayah.
”Eh, ga’ ada apa-apa kok, Cuma.....” Dewi memotong ucapannya.
”Cuma apa? Mikirin nak Roni, tenang aja! Nak Roni akan segera kembali kok!” ucap ayah Roni yang membuat Dewi geli dan terpaksa tersenyum.
Dewi membaringkna tubuhnya di kasur. Menarik selimut dan menyembunyikan tubuhnya didalam. Rasanya hangat. Dewi masih memikirkan rencana gila itu, pasti bila rencan itu benar-benar dijalankan, dia akan sangat berdosa. Menyakiti ayah Roni, mencemarkan nama keluarga. Ah! Betapa malunya ayah Roni nanti. Pasti ayahnya sendiri akan mengira bahwa Roni bukan pemuda baik-baik. Wah! Banyak sekali pihak-pihak yang akan dirugikan. Mungkinkan rencana itu akan benar-benar terjadi? Beberapa hari Dewi memikirkan problemnya. Dewi tak ingin menikah untuk saat ini, tapi rencana itu pasti akan melukai banyak pihak. Seandainya menikah, bagaimana kuliahnya? Kalaupun melanjutkan, pasti rumah tangganya akan keteteran. Ingin sekali Dewi berontak, supaya para orang tua itu mengerti isi hatinya, dan menunda pernikahan itu sampai Dewi meraih apa yang sudah menjadi impiannya, menunda? Apakah Dewi memang berharap Roni sebagai pendamping hidupnya?
”Menurutmu, nak Roni bagaimana, nduk?” tanya ayah Dewi, suatu malam di ruang tengah.
”Baik, dewasa, Cuma kadang kurang tegas” jawab Dewi.
”Kamu suka?” tanya ibunya menambahkan
”Suka” jwab Dewi tanpa sadar.
”Eh! Maksud Dewi, jangan sekarang! Ntar kalo’ Dewi udah lulus kuliah” tambah Dewi menjelaskan.
”Dewi!” bentak ayahnya ” Ayah sudah bilang, lupakan saja pikiran tentang kuliahmu itu. Buat apa? Menikah sekarang atau nanti, sama saja,ujung-ujungnya menikah juga”.
”Tapi, ayah....” Dewi tak sempat melanjutkan kata-katanya.
”Diam! Ayah tidak ingin mendengar ocehan mu itu” potong sang ayah. Dewi pergi meninggalkan kedua orangtuanya.
Roni sebenarnya Roni itu pemuda yang baik dari keluarga berada, ayahnya sahabat ayah Dewi. Sama-sama egois dan kolot. Roni juga tampan, lumayan untuk pendamping hidup, penyabar. Apa yang kurang dari Roni? Tidak ada yang kurang dari Roni, hanya saja waktu datang tidak tepat. Harusnya Roni hadir beberapa tahun lagi setelah Dewi kuliah atau bahkan setelah Dewi diwisuda dengan gelas SS, pasti lebih mebahagiakan. Dan juga rencana itu, apakah Roni sudah menemukan wanita yang akan pura-pura menjadi pacar yang telah dihamilinya. Pacar? Rasanya Dewi tak ikhlas mendengarnya. Dewi tak ikhlas seandainya Roni benar-benar punya pacar. Apakah Dewi jatuh cinta pada Roni, tapi kenapa Dewi tidak menerima saja perjodohan kedua ayah mereka. Roni merupakan seorang calon suami yang mendekati sempurna. Tapi, mengingat cita-cita dan harapannya, bayangan Roni sedikit demi sedikit pergi menghilang. Bagai asap dihempas oleh udara.
Dua minggu telah berlalu, Dewi masih dalam kebimbangan. Membuatnya sedikit kurus. Walau dua minggu telah terlewati, Roni belum juga pulang. Hati Dewi semalam gelisah, diam-diam Dewi rindu kepada Roni, tapi dipendam dalam-dalam perasaannya, walau kadang merayu untuk menerima perjodohan itu. Dasar perasaan aneh. Dewi terus mungkir akan perasaan cinta yang sedikit demi sedikit menyubur, membuatnya merindukan Roni untuk beberapa hari ini. Kenapa Roni belum juga kembali, dua minggu lebih tiga hari. Apa yang Roni lakukan disama? Apakah dia belum menemukan wanita itu. Wanita yang akan diakuinya sebagai pacar yang dihamili. Waktu terus berjalan tanpa ada kabar dari Roni, sebentar lagi Dewi mengikuti Ujian Nasional. Kepastian tentang rencana gila itu belum juga muncul. Roni belum pulang.
”kring....!kring....!” telpon berdering, ibu Dewi mengangkat telpon
”Halo! Dewi!” suara diseberang sana.
“Ini siapa?” tanya ibu Dewi
“Ini Roni, bu! Saya mau bicara dengan Dewi, jawab Roni.
“Iya ibu panggilkan dulu! Balas Ibu
”Iya mas! Ini Dewi’ jawab Dewi dari seberang.
“Gimana kabar kamu, wi!” Tanya Roni. Dewi terdiam sesaat. Sedikit sebal juga. Apakah Roni tidak merasa bahwa Dewi sangat merindukannya.
”Wi?” Roni mengulang, karena tak ada jawaban apa-apa dari Dewi.
”Em...iya, mas, aku baik,kapan pulang? Tanya Dewi
”Sori, wi!” mungkin satu minggu lagi, aku belum dapet cewe’ nih! Susah Roni memberi alasan. Aduh! Rasanya sakit mendengar ucapan Roni, tapi bagaimaa cara menyampaikan perasaan itu.
”Oh...ga” pa-pa kok mas! Cepat pulang ya....mas! soalnya sebentar lagi aku ujian” Jelas Dewi.
”Oh, iya, iya! Aku usahain, wi!” jawab Roni.
Dewi menutup telepon. Tetes air mata jatuh dipipinya. Roni kenapa Dewi begitu merindukan sosok Roni didekatnya. Kenapa perasaan seperti itu muncul dihatinya. Perasaan rindu itu bukan kehendak Dewi. Tak pernah Dewi berharap ini semua terjadi. Pasti ini cinta. Sama sekali Dewi tak percaya bahwa perasaan itu adalah cinta.
Belum ada satu minggu, Roni telah kembali. Menepati janjinya. Roni datang dengan seorang wanita cantik, tinggi dan kelihatannya cerdas. Seperti saat megnantar, Roni juga dijemput di stasiun oleh Dewi dan ayah Roni. Roni turun dan menemui mereka. Menyalami ayahnya dan tersenyum manis kepada Dewi. Belum diperkenalkan, tapi wanita itu telah menunjukkan keakraban. Senyumnya yang manis membuat ayah Roni penasaran dan bertanya.
“Lho, Roni! Nduk ayu ini siapa?” Tanya sang ayah.
“em, begini ayah! Kita bicarakan dirumah saja” Jawab Roni bertele-tele. Air muka Dewi berubah pucat. Dewi lemas, tak kuat membayangkan apa yang akan tejradi. Roni berjalan bersama ayahnya juga wanita itu, Dewi menyusul ketiganya dibelakang.
“Ayo, dnuk!” pinta ayah Roni sambil meraih tangan Dewi. Kenapa tiba-tiba perasaan Dewi berubah. Dewi menggenggam tangan ayah Roni. Rasanya tak ingin Dewi melepas kehangatan tangan sang ayah mertua yang menyayanginya tu. Geli memang bila membayangkan perjodohan itu benar-benar terjadi. Tapi, Dewi belum siap menikah. Tapi, Dewi takut membayangkan rencana yang tak lama lagi akan terealisasi.
Roni, ayah wanita itu, juga Dewi telah tiba di rumah Roni. Dirumah itu telah hadir kedua orang tua Dewi. Mampus! Semakin pusing saja kepala Dewi, tidak kuat membayangkan rencana yang akan terjadi.
”Itu, nak Roni!” tunjuk ibu Dewi dari teras.
”Roni....! Ibu Roni memanggil putra kesayangannya. Roni berjalan cepat menuju ibunya. Menyalami ibunya dan kedua orang tua Dewi. Tak lama ayah Roni dan perempuan itu hadir di tengah-tengah mereka. Dewi masih memperlambat langkahnya. Dengan harapan rencana itu tidak usah terjadi.
”Dewi, cepat! Pinta ibu Roni.
”Inggih bu’ Jawab Dewi. Dengan terpaksa, Dewi segera bergabung. Roni dan perempuan itu duduk berdampingan bersama segenap keluarga. Dewi duduk tak jauh dari Roni. Mereka berbincang-bincang tak henti. Sekali-kali mereka tertawa, mendengar cerita Roni, hanya Dewi yang tidak menikmati kebersamaan itu. Tak ada yang mengerti isi hati Dewi. Tiba saatnya, hal yang ditakutkan Dewi terjadi.
”O, iya, nak! Memangnya nak Rina ini siapa?” Tanya ibu Dewi, tiba-tiba! Pertanyaan yang sangat mengejutkan Dewi. Ingin rasanya Dewi lari dari ruangan itu. Wanita yang datang bersama Roni itu bernama Rina. Tidak langsung menjawab, tapi Roni menoleh dulu ke arah Dewi. Dewi hanya menunduk. Rinapun menunduk, Rina tak mampu menyaksikan hasil dari penipuannya.
“Sebelumnya Roni minta maaf sama kalian semua, terutama sama ayah dan om, juga Dewi. Rina ini,……em pacar saya….ya! om!”Jwab Roni sedikit kaku.
”Gila kamu, Ron!” bentak ayah Roni.
”Bukankah kamu sudah tau bahwa kami telah menjodohkan kamu dengan Dewi. Sebentar lagi kalian tunangan” tambah ayah Roni. Semua menatap Roni penuh pertanyaan. Tak ada yang mengira Roni seperti itu.
”Nak Roni!” om kecewa sekali sama kamu. Kami semua percaya sama kamu, tapi.....” ayah Dewi tak mampu melanjutkan kalimatnya.
”Saya tahu ayah telah menjodohkan saya dengan Dewi, saya juga bisa memutus hubungan dengan Rina kalau saja....”Jelas Roni tanpa melanjutkan jawabannya.
”Kalau saja apa?” Tanya ibu Roni.
”Kalau saja, Rina tidak mengandung anak saya” Jawab Roni tegas. Jawaban yang tegas itu membuat semuanya terkejut. Tanpa sadar Dewi jatuh di lantai.
”keterlaluan kamu, Ron!” bentak ayahnya
”Dewi!” bangun, nduk! Ibu Roni mencoba membangunkan Dewi. Menepuk-nepuk pipinya. Tapi Dewi tak sadarkan diri, belum juga membuka matanya.roni mulai gelisah. Roni beranjak dan menggendong Dewi ke kamar. Ibu Dewi mengusap-usap minyak angin di hidung Dewi. Rina masih terdiam di ruang tamu,tak tahu apa yang harus dilakukan.rina pun tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Rina sedikit menyesal.
Beberapa menit telah berlalu, Dewi belum juga bangun. Ibu Dewi dan Ibu Roni menemani Dewi di kamar, sementara ayah Roni dan Ayah Dewi menanyai Roni dan Rina di ruang tamu.
”Jelaskan semuanya RonI! Ayah ingin mendengar penjelasanmu! Pinta ayah Roni. Roni tak langsung menjawab. Roni masih memikirkan Dewi. Kenapa Dewi pingsan? Apakah dia terkejut, tapi bukankah dia yang merencanakan ini semua atau,Dewi menyesal setelah ini terjadi. Mungkinkah Dewi....ah Tidak mungkin Dewi menyukai Roni. Segera ditepiskan pikiran itu. Dewi sangat berambisi untuk kuliah. Tidak mungkin Dewi menyesali kejadian itu. Mungkin Dewi hanya kurang sehat.
”Ron! Ayah ingin kamu jawab dengan jujur. Pinta ayah Roni sekali lagi.
”Lebih baik kita tunggu sampai Dewi sadar, ayah!” Roni memberi tawaran.
”Baiklah, lebih baik Dewi mendengarnya langsung dari kamu” ucap sang ayah.
Setengah jam kemudian Dewi sadar. Air matanya menetes. Dewi memanggil Roni dengan lirih.
Mas roni!mas roni! Dewi memanggil Roni. Roni masuk ke kamar diikuti ayah Roni, ayah Dewi dan juga Rina.
“Iya, Dewi! Ini mas Roni! Jawab Roni. Roni melihat Dewi yang terbaring lemas.
”Mas! Dewi minta mas jelaskan semuanya dengan jujur, sama semuanya. Bukan tentang mbak Rina, tapi tentang kita” ucap Dewi. Semua saling pandang penuh pertanyaan.
”Baiklah Dewi! Jawab Roni memenuhi permintaan Dewi.
”jadi sebenarnya saya telah berbohong. Rina bukan pacar saya. Dan saya tidak menghamilinya. Ini saya lakukan atas kemauan Dewi. Dewi ingin perjodohan ini dibatalkan, karena Dewi ingin kuliah setelah lulus SMA, tapi tak seorangpun dari kalian yang mengerti Dewi. Jadi kami merencanakan lelucon ini untuk menggagalkan perjodohan kami. Tapi, entah kenapa Dewi meminta saya untuk berkata jujur” Jelas Roni. Rina hanya tersenyum mengingat lelucon yang baru saja ia perankan.kini semua mata tertuju pada Dewi.
”Saya meminta mas Roni jujur karena saya tidak ini perjodohan ini batal” jawab Dewi.
”jadi? Kamu mau menikah dengan Roni?” Tanya ayah Dewi bahagia.
”Nduk...nduk...kamu ini kok aneh-aneh tho? Tapi tak apalah wis tak maafkan” Timpal ayah Roni. Roni tak percaya dengan apa yang diucapkan Dewi.
”Saya tidak ingin kehilangan mas Roni, tapi....”
”Tapi apa” Tanya Roni
”Izinkan kam tunangan dulu, saya tetap ingin kuliah’ ucap Dewi sedikit putus asa tak apa kalau seandainya ayah menolak keinginannya untuk kuliah. Roni tersenyum. Ternyata Dewi menerimanya sebagai calon suami.
”Siapa yang melarangmu kuliah, nduk? Tanya ayah Roni’ Kuliah saja, capai cita-cita, ayah senang punya menantu berpendidikan, bukan Cuma didapur dan ngurus anak saja” tambah ayah Roni. Ayah Dewi tertunduk malu. Dewi meneteskan airmata haru. Ternyata calon ayah mertuanya itu begitu bijaksana. Bukan seperti bayangannya. Juga tak sekolot ayahnya.
”kok kamu bisa berubah pikiran, Wi!” Tanya Roni malam itu. Roni telah diwisuda. Dua hari lagi Dewi mengikuti Ujian Nasional. Roni akan bersungguh-sungguh melanjutkan S2 nya. Dewi tersenyum mendengar pertanyaan Roni.
”Kok senyum? Jawab dong!”pinta Roni.
“Mas yang buat aku berubah pikiran” jawab Dewi.
?O…ya” respon Roni
“Aku….” Dewi sulit sekali melanjutkan kalimatnya
”Jatuh cinta sama kamu” Roni melengkapi kalimat Dewi.
”Bukan! Aku g’ harus mengorbankan kebahagiaan ayah kan, untuk kuliah, jadi aku pilih jalan tengah” jelas Dewi.
”Jalan tengah? Tanya Roni
”Tetep kuliah, tapi tetep menerima perjodohan kita” tmabah Dewi. Bukan! Bukan sepenuhnya karena ayah. Tapi bener-bener karena Roni. Tapi Dewi tak menunjukkannya pada Roni.
”Dan akhirnya, inilah ending dari novelku” ucap Dewi sambil menepuk kedua telapak tangannya.
”Novel apa?” Tanya Roni. Roni belum tahu bahwa Dewi menulis ini semua menjadi sebuah novel. Dengan Judul Cinta dan Cita-cita.
‘Cinta dan Cita-cita” Jawab Dewi
“Kamu nulis novel?” Tanya Roni lagi.
“Iya, jadi perjuanganku buat kuliah, aku tulis jadi novel dan akhirnya happy ending….? Jawab Dewi girang.
“Jadi, tokoh utamanya dapetin cinta atau cita-cita?” tanya Roni penasaran.
“Dua-duanya, kan happy ending” Dewi menjawab dengan senyum khasnya.
“Enak banget tokoh utamanya….”Respon Roni. Dewi tersenyum.

sumber : http://cerpen.net/cerpen-remaja/cinta-dan-cita-cita.html

Selasa, 12 Januari 2010

IMAGE LOVE POEM COLLECTION





I chose ...
To accompany the afternoon when the sun was not
When the starless night
To be enlightened me with a smile
I chose ...
When hot stinging and burning rays
When the crescent moon or full moon
To accompany me down the world
I chose ...
With a heart that did not choose the time
All my love without time
Since hope is still buzzing empty




Why We Banned Enabling mobile phone in the Aircraft?




Phone (HP) are active in an aircraft may interfere with the control / navigation plane, consequently the aircraft and all passengers and flight crew safety is threatened.



At the present time, on a plane does not belong to the deep pockets because tariffs are relatively cheap and as technology advances, people can easily communicate with fast, anytime, anywhere, including in aircraft.

What is the relationship with HP Aircraft?
Both are tools and high-tech machines and they also had a controversial relationship. Full / Navigation plane using a series of digital electronic devices are sentitif frequency radio waves while the HP issue / receive radio waves are very strong.

A current HP & Transmit when flying at a height position of 35,000 feet could penetrate 35 km radius distance below the plane (in the center of Jakarta at a radius of 35 Km there are ± 600 BTS), it means that in addition to disrupting the system Wheel & Navigation plane, also disrupt BTS is able to reach by HP.


What law should be charged for HP users in the plane?
1. Could endanger public safety & comfort of disturbing public, (the Basic Regulation FAA (Federal Aviation Administration).

2. Violate ethical use of HP.


How we address this:
1. Make sure HP is turned off when storing the luggage trunk.

2. Turn off the HP when the aircraft will enter the room.

3. Be patient, that all people know we have the HP, we are important people and rushed to pick up the car.

4. HP is turned on when entering the Terminal Building.


Here are examples of interference case HP & other electronic devices on airplanes:
1. CROSSAIR aircraft flight number LX498 after taking off from Zurich Airport Switzerland, impaired driving, dive and crashed killing 10 passengers.

2. AIR SLOVENIA plane into emergency landing Sarajevo, because HP is active in the trunk interfere navigation (alarm in the cockpit).

3. QANTAS 747 landing at will (Final Approach) at London Heathrow Airport, suddenly tilted and climbing as high as 700 feet, for 2 CD Player, Game Electrik active position.

4. An Arab army rank of captain sentenced to 70 lashes caught lighting times for HP in the plane.

5. A British engineer was thrown in jail for refusing the request of British Airways flight attendant to turn off the HP.


The following HP disturbances in other forms:
1. VOR (VHF Omnidirectional Receiver) is not sound.

2. Direction of flying off the mark.

3. Indicators HIS (Horizontal situational Indicator) interrupted.

4. Navigation System disorders.

5. Communication Frequency Disturbance.

6. Fuel Indicators disorders.

7. Automatic Rudder System disorders.

8. Disturbance direction Compass (for computer, CDs, Games).

9. Disturbance indicator CDI (Course Deviation Indicator) for Game Boy.

Corruption in '' Hotel Prodeo "

By: Emerson Yuntho

A number of luxury facilities enjoyed by Artalyta Suryani, convicted of corruption cases, while in Detention (Rutan) Pondok Bambu raises many questions. Was he arrested?

As reported, the Task Force (Task Force) Law on the Eradication of the Mafia last week (10 / 1) to make unannounced visits to Rutan Pondok Bambu, Jakarta. They found a number of inmates (prisoners) who get special treatment, such as Ayin, convicted in a bribery case prosecutor Urip Tri Gunawan, and sentenced to life in drug case, Aling. Ayin has air-conditioned rooms, refrigerator, bed spring bed, and beauty treatments. While Aling has room for karaoke and use BlackBerry.

Provision of special facilities for prisoners is not really a new story. Previously, a number of news media and the testimony of many former prisoners say there were indications of corruption bribes to obtain a special facility in the crease or correctional institutions (prisons). Conducted inspections, task force and live coverage of print and electronic media as the public aware that this embarrassing information is not a mere figment.

Corrupt practices in the crease or the prison service can also be viewed from the ICW research on patterns of corruption in the judiciary in 2001. In terms of actors, those involved in this corruption is convicted or inmates (prisoners), prison officers, prison chief, officials in the Ministry of Justice and Human Rights, as well as intermediaries and advocates.

Factor limitations, discomfort, insecurity, and weak supervision and low welfare of prison staff assessed a driving factor of this bribe bribery transactions. As a result of corrupt practices, the prison term as a hotel without cost (free) is not appropriate in current conditions. Therefore, there is nothing free during imprisonment.

The results of research and monitoring of ICW in 6 (six) major cities in Indonesia are also found at least 5 (five) pattern of corruption that occurred in prison or crease.

First, the provision of treatment and special facilities for the prisoners. By paying some money to the person the officer, the prisoner will get different treatment by other prisoners. Special facilities can also be provided, for example, separate cell with another prisoner, eating nutritious food and beverage, furniture, television, refrigerator, air conditioning, phone, and so on. If agreed, even, the cells can also be transformed into temporary offices of the prisoners that in fact is a businessman.

Second, the provision of security services. In general, crease or prison conditions in Indonesia is not safe as expected. No sebandingnya number of wardens to make the prisoner abuse occurred in the prison boom. This condition used a number of elements in the environment of prisons and prisoner officers kept asking for security fees. If money is not given the security, have certainly experienced the threat of violence to the prisoner.

Third, granting permission out of jail. Actually there is nothing wrong prisoner out of prison. For example, for treatment or time off to visit family. However, the procedures that must be fulfilled that is the permission granted by the head of prisons and Kakanwil Department of Law and Human Rights. Out the prisoner's rights is clearly regulated in Law No. 12 of 1995 on Penitentiary (Penitentiary Act). Article 14 letter d get the right set of health services and Article 14 letter j set off to visit family rights. For example married children, married or mourn a close family.

Unfortunately, these rights are often disimpangi. Maybe we still remember the case of Rizal Ramadan was captured, convicted of corruption in a drug party at a hotel in Cikini, Central Jakarta, on August 27, 2006. Yet, should the former clerk of PT Jawa was serving his sentence in prison Cipinang. Mode with reasonable pain he underwent treatment at the Gatot Subroto Army Hospital.

Fourth, granting remission. One quick way that allows inmates to get free air is through the provision of remission (reduction of sentence). Remission is one of the prisoners' rights as stipulated in the Act of Corrections. If an inmate good behavior while in detention, prison chief may recommend to the Minister of Justice and Human Rights to give remission to the prisoners concerned.

Unfortunately, not many prisoners who know about these rights. Gift is also very dependent on the subjective assessment of a prison or crease. This is very vulnerable to be misused and commodities between staff and inmates person rich. Good behavior is translated as "action officers to treat prisoners well". For example, give some money or goods. As a result, the number of frequent discrepancy between one prisoner remissions and other prisoners.

Fifth, charges for guests or visitors. It was common knowledge when there are family or guests like visiting the prisoners, there were charges "unofficial" that seems to have been standardized. For one visit, the visitors who will visit relatives in custody charged between Rp 10 thousand to USD 50 thousand. To convict himself, prison officials often cite money as well, especially for those who are known to receive some money from relatives. Not only money, food was often asked by the guards. By paying a sum of money larger bribes, even guests can visit the prisoners without being bound to an hour visit.

Events that occurred in Rutan Pondok Bambu at least a valuable lesson for the Department of Justice and Human Rights to clean up corrupt practices and encourage reforms in the correctional environment. In systemic aspects, regulatory improvements, strengthening the supervision and guidance, and adequate funding should be a priority to be resolved. Minister of Justice and Human Rights Patrialis Akbar also must take tough action to dismiss a number of officials deemed responsible and negligent in conducting surveillance. This step is important that similar cases do not reoccur in the future.

*). Emerson Yuntho, deputy coordinator of the Indonesian Corruption Watch

My heart just to you




I want to be needed But i Hate people who give me the chance I want to be known but i always hide I act as if im happy But I feel empty inside I seek for love But I left it when found it I said I love him But i thought it won't last Love is just right But i believe it can be taken back That's what masks are for; Letting your mind rule over your heart

You must have this Hand Phone







Senin, 11 Januari 2010

Four True Love Signs



You can find someone who is really suitable spouse and even have more than one in your life.
But then what you really know for sure?

Here's help to convince the decision of your relationship:


Expressed the desire and why want it?

You must have a clarity not only about what you want from love, but what you want in life with your partner.
Immediately after knowing it, you'll sure have entered into a relationship with a purpose and a clear vision of what your relationship with him. Specify the criteria will help avoid the difficulties involved with someone who is not suitable for you.

Measure your romance

Although it sounds trite, make a list of your ideal partner expectations. Fill with the perfect partner wishes, a special but realistic. The more you know what works for you, the easier it is to catch the moment when he could walk with you.

Love ourselves

There's an old saying says: "You will not be happy someone else until you yourself happy." This will not only help when meeting someone new, but also helps you start a relationship at the right time.

Be the best

Love not just looking for someone who will make you happy. Match will produce the best-maybe someone who will make you a happier and more productive.

The best way to find true love is smart to pick someone and clear why you chose it.


100 Liter Water poured from the belly Month


Research scientists to find the source of life on the Moon near bright spot. Scientists United States space agency (Nasa) some time ago to get surprising results, namely the appearance of bursts of about 100 liters of water from the surface of the Moon.

A study was obtained after NASA to "bombing" of the surface of the Moon. In October last, spacecraft Lunar Crater Observation and Sensing Satellite (LCROSS) mission "bombing" the surface of the Moon.

Sabtu, 09 Januari 2010

Always with me, Always with you.

Today I had another old love light that may be anchored again in court or trench depths of the heart and soul.
you are mine, just for me, and created for me, ready to overshadow every step of my life, and always faithful love me.
I will always love you, forever.


La Isla de la Munecas, Pulau Angker Yang Penuh Boneka Menyeramkan.

Kisah pulau ini sungguh misterius. Orang sekitar mengatakan pulau ini angker dan berhantu. Tidak ada yang tahu jelas bagaimana sejarah penduduk pulau ini, namun yang pasti pulau ini dipenuhi boneka-boneka yang dimutilasi. Wujudnya pun jadi menyeramkan. Pernah nonton film boneka setan "Chaky Dolls", nah kira-kira seperti itulah mengesankan suasana horror.

http://www.dormiu.com.br/wp-content/uploads/2009/11/island-of-dolls-mexico-01.jpg

Pulau angker ini terletak di sebuah kanal di selatan Mexico City. Orang Spanyol menyebutnya, "La Isla de la Munecas". Cerita-cerita yang berkembang tentang pulau ini berbau mistik dan takhayul. Anehnya itu justru menarik orang datang ke sana.

Unik dan menyeramkan! Itulah kesan setiap pengunjung yang datang ke sana. Hampir semua pohon yang tumbuh di sana digantungi boneka-boneka yang tidak utuh lagi. Sejumlah wisatawan melaporkan, mereka merasa tidak nyaman ketika berkunjung ke sana. Seolah-olah ada mata yang selalu mengawasi ke mana pun mereka bergerak. Bulu kuduk bolak-balik merinding.

http://alteredbits.com/images/photos/isla1.jpg

Konon, dulunya pulau itu merupakan kediaman seorang pertapa bernama Don Julian Santana. Meski ia telah menikah, namun entah kenapa dia memilih menghabiskan 50 tahun hidupnya menyendiri di pulau ini. Kabarnya, Don Julian mengaku, ia selalu dihantui oleh hantu gadis kecil yang tewas tenggelam di salah satu kanal di sekitar pulau.

http://farm1.static.flickr.com/213/511112755_8c01d0a447.jpg

http://www.acdphoto.com/images/island5.jpg

Beberapa orang mengatakan, Don Julian inilah yang menaruh boneka-boneka itu, menggantungnya di sekitar rumahnya dengan maksud menenangkan roh bocah cilik yang terus menerus meneror hidupnya.

http://www.concierge.com/cntraveler/contests/?g2_view=core.DownloadItem&g2_itemId=1065000&g2_serialNumber=2

Ironisnya, Don Julian ditemukan tewas oleh keponakannya pada tahun 2001 di lokasi kanal tempat di mana bocah itu tewas tenggelam. Kini Pulau Boneka itu menjadi kawasan wisata paling aneh di dunia.

http://farm1.static.flickr.com/230/507121171_562d7a103d.jpg

Sejumlah turis mengaku mereka mendapat bisikan-bisikan aneh dari boneka-boneka itu ketika menginjakkan kaki di pulau itu. Bisikan seperti desiran angin itu seolah mengatakan, anda harus membawa hadiah bila datang ke sana. Hadiah itu untuk menenangkan jiwa mereka.